Dadang Kusnandar
BUS membawa kami dari Keraton Kanoman Cirebon,
dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) VIII Buton September 2012. Berangkat
hari Senin 27 Agustus 2012 pukul
02.00 WIB seusai tawasul di astana Gunungjati Cirebon. Dipimpin Patih Qodiran,
sejumlah 59 orang. Menggunakan bus Sahabat yang mengantar hingga ke Tanjung
Priok, di tengah kemacetan arus balik lebaran 1433 H, tiba di Priok Senin
27/8/12 pukul 14.00 WIB. Kapal Motor Dobonsolo milik PT Pelni bertolak dari
Priok dengan rute Priok – Tanjung Perak – Makassar – Baubau – Sorong-
Manokwari- Jayapura, pada pukul 16.00 WIB.
Selasa 28 Agustus 2012
Pelabuhan Perak Surabaya Selasa 28 Agustus
2012 pukul 16.00, KM Dobonsolo transit selama 5 jam untuk kepentingan pengisian
air +BBM, turun penumpang dan barang. Kapasitas penumpang bertambah 4.500 di
Perak, KM Dobonsolo makin pengap. Penumpang overload, perjalanan laut lamban
dengan tantangan lebih berat karena memotong Laut Jawa ke Timur Laut menuju Makassar, praktis
waktu tempuh bertambah 5 jam dari yang dijadwalkan.
Rabu 29 Agustus 2012
Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar pukul
23.00 WIT transit hingga bertolak menuju Baubau Kamis 30 Agustus 2012 pukul
02.00 WIT. Secara keseluruhan kondisi perjalanan menyenangkan kecuali lauk
makan yang disediakan KM Dobonsolo bagi penumpang kelas ekonomi yang hanya
menggunakan menu ikan tongkol setengah campur sayur kol dicacah kecil dengan
bumbu air garam dan telor dadar campur terigu setebal ½ cm bentuk segitiga sekira 7 cm, juga tempat
tidur penumpang yang tidak layak.
Ada rasa mahfum ketika kepadatan penumpang
merupakan kausalitas arus balik lebaran. Penumpang yang overload dengan
peningkatan jumlah berlebihan berakibat lorong kelas 3 jadi tempat tidur. Namun
pihak perusahaan BUMN ini tidak memberi pelayanan yang baik kepada penumpang.
Hal janggal yang terjumpa dan terekam sepanjang perjalanan laut dengan KM
Dobonsolo adalah petugas cleaning service yang membuang sampah ke laut lepas
pada jam tertentu dan tidak merasa bersalah, fakta ini diperkuat oleh aktivitas
serupa yang dilakukan penumpang. Dapat dibayangkan biota laut terganggu,
plastik bekas makanan yang tidak hancur disantap mikroba dan pengurai sangat
mengganggu ekosistem laut ~terutama habitat biota yang hidup di dalamnya.
Kesadaran mempertahankan keasrian lingkungan
sebagaimana sering digalakkan pemerintah terkontaminasi oleh kurangnya
kesadaran orang pemerintah sendiri. Bahkan penumpang mengatakan semua
transportasi laut membuang sampah langsung ke perairan lepas pantai. Dengan
kata lain akselerasi kerusakan biota laut semakin cepat merambat. Padahal
perairan Indonesia Timur ini memperlihatkan sekawanan ikan lumba-lumba di
perairan antara Surabaya-Makassar dan burung camar yang tegak berdiri di ujung
gulungan ombak setinggi dua meter tanpa tergoyahkan terpaan angin. Burung camar
dengan nalurinya mematuk ikan yang disisipkan di paruhnya sebelum disantap.
Pemandangan indah ini terjadi di perairan lepas antara Makassar-Baubau.
Yang tak kalah menarik ialah pelaksanaan
ibadah agama, shalat yang diadakan di musholla kapal secara menjama taqdim dan
qashar (Maghrib dan Isya, Dhuhur dan Ashar) secara berjamaah. Karena penumpang
yang overload itu, shalat berjamaah dilaksanakan dua gelombang.
Ketinggian gelombang diperkiraan antara 1-3
meter selepas Tanjung Perak hingga Baubau. Badan kapal yang oleng, debur ombak,
angin kencang justru menambah keasikan perjalanan, terlebih banyak diantara
kontingen yang sama sekali belum pernah melakukan perjalanan laut selama lebih
kurang 70 jam dikurangi waktu transit di dua pelabuhan. Yang tak terlupakan
adalah riuh rendah suara penumpang yang menonton pertandingan sepak bola antara
Real Madrid vs Barcelona Kamis dini hari melalui layar televisi. Teriak dan
dukungan kepada tim kesayangan seolah tak pedulikan penumpang kapal yang tengah
lelap tidur.
Begitulah komunikasi antarsesama penumpang
kapal tercipta, melalui kebersamaan aktivitas maupun interaksi lain. Saling
bertukar cerita sebagai pengisi waktu senggang lantaran tidak ada aktivitas
rutin sepanjang perjalanan, menimbulkan keakraban sekejap. Beberapa di antara
penumpang mungkin saja menjalin persahabatan lebih jauh seusai pertemuan dan
perkenalan di perjalanan laut itu.
Kamis 30 Agustus 2012
KM
Dobonsolo merapat di Baubau pukul 15.00 WITA. Penumpang yang berebut turun dan
rindu daratan, hasrat untuk segera meneruskan aktivitas dan sebagainya
~tergambar di wajah penumpang. Baubau yang panas hari itu menyambut kami.
Panitia lokal dengan busana adat Buton menyambut kedatangan kontingen, dan
menyediakan kendaraan bus ke lokasi penginapan.
Festival Keraton Nusantara VIII di Buton ini
makin semarak dengan pilkada baik untuk pemilihan walikota Baubau maupun
gubernur Sulawesi Tenggara. Spanduk dan baligo terpajang hampir sepanjang jalan
dari pelabuhan hingga ke lokasi penginapan. Saat itu muncul dugaan: FKN VIII di
Baubau ini sarat kepentingan politik.
Unik memang, lelah sepanjang terapung di laut
lepas, malam Jum`at itu bahkan berbincang banyak tentang berbagai hal
menyangkut Seni Tayub dengan Pangeran Mamat Nurachmat, koordinator seni budaya
Keraton Kanoman pada FKN VIII, di wisma Hing Amimah Jalan Diponegoro No. 16 C
Baubau, depan lapangan volley komplek Polres Baubau. Tayub diambil dari kata Thoyib (bahasa Arab) yang
artinya baik, merupakan tari pergaulan yang dipersembahkan keluarga keraton
Cirebon bagi tamu. Tayub saat itu dimainkan oleh seorang penari perempuan
dengan selendang tipisnya, musik mengikuti gerak penari menandakan bahwa penari
menjadi “Pangeran Panggung” yang mengatur permainan.
Pada saat penari mengalungkan selendang tipis
itu ke leher laki-laki sesuai kehendaknya maka tamu harus ngibing (menari) di
arena. Penonton gembira dan memberi applaus saat gerak penari menciptakan efek
lucu. Namun jarak penari perempuan dengan tamu tidak boleh dekat, apalagi menyentuh
bagian tubuh tertentu atau menyelipkan uang ke bagian sensitif perempuan.
Berdasar keterangan budayawan Cirebon, Kartani, Tayub dirusak oleh kehadiran
VOC yang membawa minuman keras dan mengajak tidur penari perempuan dengan
sejumlah upah.
Jum`at 31 Agustus 2012
Jalan-jalan menikmati bentor (becak motor) di
Kota Baubau dari Jln. Diponegoro menuju Pantai Kamali. Waktu luang untuk
mengenal kota indah dengan Benteng Portugis-nya, kota tepi pantai namun
berbukit dengan udara relatif nyaman. Pantai Kamali ditandai dengan patung
kepala naga. Konon patung ini dibangun berdasar hitungan fengshui untuk
kemajuan masyarakat Baubau. Patung ekor naga dibangun di Palagimata, depan
kantor walikota, daerah berbukit dengan pemandangan laut dan di kejauhan nampak
Pulau Makassar.
Pantai Kamali yang panas siang itu kurang
memberi sentuhan, terlebih menjelang shalat Jum`at harus kembali ke penginapan.
Usai shalat Jum`at, di mesjid Muijahidin pertigaan Tanah Abang Jalan
Diponegoro, sekitar 200 meter dari penginapan saya memilih tidur. Lelah
menempuh perjalanan tiga hari di tengah laut sepertinya terbayar lunas dengan
tidur bakda shalat Jum`at hingga terbangun pukul 16-an di Wisma Hing Amimah.
Terbangun karena bunyi pukulan gamelan
yang dimainkan nayaga Keraton Kanoman yang hendak mematangkan prosesi kirab
prajurit. Pemantapan kirab prjaurit itu dilakukan di lapangan volley komplek
Polres Baubau.
Kendati tidak mengenakan kostum kirab dan
tidak membawa semua perlengkapan, namun berhasil menyedot perhatian warga
masyarakat sekitar. Sore itu diiringi tabuhan gamelan dan gerak prajurit
Keraton Kanoman, proses pemantapan kirab disaksikan warga komplek Polres.
Perbincangan pun berlangsung, warga yang bertanya serta pertanyaan kami tentang
konteks Baubau saat ini.
Kegiatan malam lebih banyak dihabiskan dengan
berbincang bersama teman-teman serombongan, berkenalan dengan warga Baubau yang
terdekat dan terlibat dalam kegiatan kontingen Keraton Kanoman. Ada pula yang
jalan-jalan malam mengitari kota, dan terbanyak memilih santai di wisma sambil
nonton televisi.
Sabtu, 1 September 2012
Mengikuti seminar nasional bertajuk : Pusaka
Kota Raja Sebagai Pusat Budaya Kreatif dengan sub judul Korupsi: Pusaka Atau
Pusara di aula kantor Walikota Baubau. Menghadirkan Dirjen Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ukus Kuswara sebagai keynote speaker, dibuka oleh Walikota Baubau. Menghadirkan Tony
Rusdiansyah Phd, antropolog UI; Asfarinal, Direktur Eksekutif Jaringan Kota
Pusaka Indonesia (JKPI); Juju Masunah dari kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif dan Dosen Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung, dan empat pembicara lain untuk sesi kedua.
Tony membahas spirit ekonomi kreatif berdasar
sejarah Buton dengan mempertanyakan kreativitas masyarakat Buton. Pembelajaran dari
masa lalu, masihkah ia ada di masa kini? Pada prinsipnya, antropologi
masyarakat Buton menurut Tony merupakan resiprokalitas yang berangkat dari kata
pobinci binciki kuli, saling menghargai-saling menghormati-saling melindungi.
Ia juga menerangkan globalisasi telah masuk ke Buton berabad lalu dengan ciri
diplomasi budaya, pernikahan antar keluarga kerajaan dengan kerajaan lain, dan
munculnya persekutuan yang menepis sara (limbo).
Seluruh kerajaan Nusantara adalah ruang publik
bagi kaum urban (bahkan imigran), keterbukaan itu telah dilakukan oleh
Kesultanan Wolio Buton. Ruang publik itu menantang untuk kita tindaklanjuti
sehingga tercipta binci binciki kuli.
Jadwal Kegiatan FKN VIII Buton:
Sabtu 1/9/12 pukul 19.30 WITA welcome diner di
lapangan depan kantor Walikota Baubau, sekaligus pembukaan FKN. Minggu 2/9/12
pukul 09.00 pameran benda pusaka keraton di Gedung Semerbak Madani (stadion),
pukul 13.00 kirab agung prajurit di alun-alun Betoambari, pukul 19.00 Tari
klasik dan peragaan busana keraton di Kotamara. Senin 3/9/12 pukul 10.00
pameran kuliner di Gedung Prestasi Kotamara, pukul 13.00 Pesta Rakyat
Kesultanan Buton di Baruga Sorowalio, pukul 16.00 – 23.00 pagelaran tari klasik
dan busana keraton di Kotamara. Selasa 4/9/12 pukul 08.00 dialog budaya
dilanjutkan musyawarah raja/ sultan untuk memutuskan lokasi FKN berikutnya,
pukul 19.30 penutupan FKN di Kotamara.
Pembukaan FKN:
FKN dibuka oleh
Walikota Baubau, disisipi sambutan oleh Dirjen Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Ukus Kuswara, dan GRA Kus Murtiyah (Gus Imung) dari Solo
sebagai Sekjen Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Nusantara (FKIKN). Ribuan
massa tumpah menyaksikan perhelatan budaya ini. Kuliner Buton disajikan gratis
kepada hadirin, juga hiburan berupa penampilan seni tari tradisi, tari kreasi, dan pantun yang
diiringi musik. Palagimata, lokasi pembukaan malam itu terang benderang.
Kegembiraan, pertemanan, persaudaraan yang indah terselip pada pembukaan FKN
yang meriah.
Minggu, 2
September 2012
Pameran benda pusaka
keraton, busana kerajaan, foto-foto masa lalu kerajaan Nusantara diadakan di
Gedung Semerbak Madani, lapangan Beto Ambari. Masyarakat Baubau menyebut tempat
ini dengan nama Stadion. Sejak pukul
09.00 WITA pameran ini sukses menarik pengunjung dalam jumlah lumayan banyak.
Siswa sekolah bertanya, mencatat, dan berfoto. Stan Keraton Yogyakarta dengan
penampilan foto dan petugas yang stand by
di tempat serta mampu menerangkan arti foto-foto lama itu merupakan stand
terfavorit. Di urutan kedua, Kerajaan Bima, meski bangunan fisik kerajaannya telah
direnovasi sehingga berbeda dengan bentuk aslinya. Akan tetapi kemampuan
menjelaskan sejarah dan berbagai soal yang ditanyakan pengunjung merupakan
nilai tambah.
Banyak stan pameran
ditinggalkan kontingen FKN. Mereka hanya memajang foto, buku tamu tanpa
kehadiran seorang pun yang diharap pengunjung mampu menerangkan maksud
foto-foto yang terpajang. Lebih dari itu beberapa stan pameran dibiarkan kosong
melompong tanpa materi pameran. Keraton Kanoman Cirebon menampilkan replika
kereta kencana Paksinagaliman, alat
pemotong tembakau yang digunakan keluarga keraton, dan menjual krupuk udang
Cirebon.
Kirab Agung Prajurit Keraton
Lapangan Beto Ambari
siang itu panasnya menyengat. Tribun yang tertata untuk sultan dan undangan,
ratusan prajurit keraton di tengah lapangan sejak pukul 11.00 WITA, serta warga
yang menyaksikan ~adalah pemandangan tersendiri dengan berbagai makna. Kirab
prajurit yang direncanakan pukul 13.00 baru mulai pukul 15.00. Tentu saja
pengunduran waktu ini menurunkan stamina pasukan kirab. Jarak tempuh 4 km
menyusur jalan-jalan Kota Baubau dengan finish di Kotamara, tak urung melelahkan. Akan tetapi antusiasme
masyarakat luar biasa. Sambutan berupa sorak kegirangan, tawa melihat kelucuan
busana yang dikenakan prajurit, jepretan lensa kamera dari berbagai alat
dokumentasi, benar-benar menghibur sekaligus menyenangkan.
Kota Baubau yang
berbukit, kirab pasukan yang sesekali mendemonstrasikan keseniannya di jalan
beraspal hingga mengundang keingintahuan warga Baubau sore itu bagai oase di
tengah panas. Penonton yang menyediakan air mineral dan minuman kemasan untuk
peserta kirab prajurit menjadikan betapa indahnya event budaya ini. Keraton
Kanoman Cirebon menampilkan Kemantren, Keraton Kacirebonan menampilkan Tari
Manggala Yudha, Keraton Kasepuhan Cirebon menampilkan berbagai tari tradisi
seperti Jalasutra, dan beberapa tari lain seperti pasukan pendayung perahu.
Demo seni tradisi itu dapat disebut sebagai promosi seni budaya lokal. Yang paling sederhana ialah pertanyaan warga Buton, “Keraton Kanoman dari mana?”. Saya yang saat itu ikut serta dengan pasukan kirab mengenakan pakaian corak kotak-kotak kecil berwarna merah putih biru, kerap mendapat sapaan, “Hidup Jokowi!”, dan beberapa kali acungan jempol penonton. Pukul 19.00-23.00 panggung Kotamara menampilkan tari keraton dan peragaan busana. Lelah yang tak terkira, persiapan acara besok membuat saya tidak menyaksikan pentas seni malam pertama.
Demo seni tradisi itu dapat disebut sebagai promosi seni budaya lokal. Yang paling sederhana ialah pertanyaan warga Buton, “Keraton Kanoman dari mana?”. Saya yang saat itu ikut serta dengan pasukan kirab mengenakan pakaian corak kotak-kotak kecil berwarna merah putih biru, kerap mendapat sapaan, “Hidup Jokowi!”, dan beberapa kali acungan jempol penonton. Pukul 19.00-23.00 panggung Kotamara menampilkan tari keraton dan peragaan busana. Lelah yang tak terkira, persiapan acara besok membuat saya tidak menyaksikan pentas seni malam pertama.
Senin, 3 September 2012
Pameran kuliner di Gedung Prestasi Kotamara
pukul 10.00 WITA hanya diikuti oleh 5 (lima) keraton. Acara yang dihadiri
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Pangestu itu cukup ramai. Keraton
Kanoman menyajikan Nasi Lengko, makanan khas Cirebon. Puluhan pengunjung
mencicipi nasi lengko.
Pesta Rakyat Kesultanan Buton di Baruga Sorowalio
luput dari bidikan saya.
Kotamara
Baubau pukul 16.00 WITA hingga jelang Maghrib seharusnya digelar tari tradisi
kontingen FKN VIII dan peragaan busana keraton. Namun hingga pukul 17.00 WITA
di panggung pagelaran FKN berlogo kepala naga di kanan atas panggung dan ekor
naga di kiri atas panggung belum terdengar musik tradisi (gending/ gamelan,
dsb) sebagai tanda aktivitas kesenian pada FKN Buton. Bahkan ketika chek sound
panitia lokal memperdengarkan musik pop. Pukul 17.03 WITA tampil tari Lariangin
dari Kesultanan Buton, dilanjutkan dua tari lainnya. Lepas Isya di panggung
yang sama tampil kontingen Sumedanglarang menampilkan Tari Adipati Jayangrana,
Tari Gatot Gaca, dan Tari Leunyeupan.
Pentas dilanjutkan kontingen Kasepuhan Cirebon
dengan Tari Bedaya Pakungwati yang diperagakan oleh enam penari, Tari Adipati
Karna oleh Heni dan Izul, lalu Sampyong, dan Topeng Klana yang diperagakan oleh
Inu Kertapati. Kontingen Kanoman menampilkan Tari Putri Binangkit yang
diperankan oleh Komalasari. Keraton Kacirebonan menampilkan Tari Manggala Yudha
oleh Tomi Uli dan Dede, dilanjutkan dengan Tari Gandasari oleh Ninis, Putri,
dan Leni. Pentas tari Keprabonan menampilkan Topeng Klana dan Tari Kapabron
yang diperankan oleh beberapa penari perempuan.
Acara yang seharusnya menampilkan kesenian dan peragaan busana keraton hanya menampilkan pentas kesenian panggung, peragaan busana tidak ada. Menurut Inu Kertapati, kreator Tari Bedaya Pakungwati, "Panitia lokal tidak mampu memanage dengan baik sehingga acara yang telah dijadwalkan bisa berubah seketika". Dino Syahrudin mengatakan, "Bahkan pembawa acara tidak mengenakan busana tradisi, mereka cenderung ngepop sebagaimana mc pada acara-acara musik pop di televisi. Inu melanjutkan, "Sisi positif adalah antusiasme penonton yang terdiri dari masyarakat Baubau dan sebagian kecil kontingen FKN yang tidak pentas pada saat itu tampak luar biasa. Penonton penuh dan memberi applaus terhadap penampilan seluruh kontingen FKN di atas panggung.
Acara yang seharusnya menampilkan kesenian dan peragaan busana keraton hanya menampilkan pentas kesenian panggung, peragaan busana tidak ada. Menurut Inu Kertapati, kreator Tari Bedaya Pakungwati, "Panitia lokal tidak mampu memanage dengan baik sehingga acara yang telah dijadwalkan bisa berubah seketika". Dino Syahrudin mengatakan, "Bahkan pembawa acara tidak mengenakan busana tradisi, mereka cenderung ngepop sebagaimana mc pada acara-acara musik pop di televisi. Inu melanjutkan, "Sisi positif adalah antusiasme penonton yang terdiri dari masyarakat Baubau dan sebagian kecil kontingen FKN yang tidak pentas pada saat itu tampak luar biasa. Penonton penuh dan memberi applaus terhadap penampilan seluruh kontingen FKN di atas panggung.
Dialog budaya dilanjutkan musyawarah raja/
sultan untuk memutuskan lokasi FKN berikutnya. Tampil Dr. H. Hasyim Purba, SH,
M.Hum, Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU Medan dan Ketua
Puslitham USU Medan membawakan makalah berjudul Eksistensi dan Upaya Pemulihan Hak Masyarakat Adat Atas
Tanahnya Guna Memperkokoh Jati Diri Bangsa. Bertempat di baruga sorowalio,
dialog budaya yang seharusnya dibuka pukul 08.00 ngaret hingga pukul 11.00
WITA. Otomatis, acara ini sangat singkat karena berakhir di acara makan siang.
Pembicaraan ini penting karena menyangkut nasib anak cucu kita ke depan, ungkap
seorang peserta dialog.
Musyawarah raja/ sultan memutuskan FKN 2014
diadakan di Kesultanan Bima, dan FKN Sela pada Oktober 2013 di Istana Maimun
Medan. Kontroversi muncul, dan pers mengabarkan berbagai hal menyoal FKN,
termasuk dari besaran anggaran negara yang harus dikeluarkan.
Pukul 19.30 penutupan FKN di Kotamara. Tak ada
yang menarik karena penutupan acara hanya seremonial sebagai bagian tak
terpisah dari sebuah perhelatan nasional.
Rabu, 5
September 2012
Belum ada yang bagus
untuk dituturkan di sini, kecuali menghadiri perayaan kecil hari ulang tahun
seorang sultan di Hotel Galaxy Baubau. Berlanjut dengan obrolan di saung PT
Bulog bersama Riki Dhamparan Putra, Inu Kertapati, Ririn ibu dosen yang
dipanggil “bunda” oleh komunitas sastra Kendari Sulawesi Tenggara. Perbincangan
serius, walapun terselip guyon. Kami bicara tentang Tari Lariangin dari
Wakatobi, Tari Topeng Cirebon, karena Inu Kertapati adalah penari yang sudah
singgah ke berbagai negara seperti Kota
Yi Lan di Thailand, Bussan Korea Selatan, Vladiwostok Rusia, Melbourne
Australia, Washington USA, Bangkok Thailand, dan Berlin Jerman. Inu juga
bertutur tentang konsep dalang dalam pemaknaan kesenian Cirebon.
Juga singgah ke
Wontiro atas jasa baik Muhammad Jaya,
karyawan Bulog Sub Divisi Regional Baubau Sulawesi Tenggara. Menikmati minuman sarabe dan pisang sambal, meskipun gagal
memotret tulisan besar BAUBAU di dinding benteng Buton. Gagal karena kamera
saya bukan LSR. Angin dingin malam itu menambah keasikan kami (sekitar 13
orang) menikmati kota indah ini. Kota yang berpeluang maju, bukan hanya karena
kekayaan tambang alamnya belaka, melainkan lahan luas yang belum digarap oleh
pemda setempat. Jikalau dikelola dengan sempurna dan mengedepankan
kesejahteraan rakyat di atas segalanya ~saya yakin Baubau semakin
mencengangkan.
Malam indah ini juga
bertemu dengan Hardin Muhadia, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Baubau yang
adalah juga dosen fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Baubau (UMB) dan
Anda (dosen FisipUMB) yang masih bujangan dan sudah 15 tahun tinggal di Baubau.
Oya istri Hardin adalah Dekan Fakultas Hukum UMB. Malam itu kami berbincang
tentang Muhammadiyah dan segala yang berkaitan dengan Buton.
Pulang ke Jawa. Pukul
11.50 pesawat Wings membawa saya dari Baubau ke Makassar. Singgah 110 menit di
bandara Sultan Hasanudin lalu terbang ke Cengkareng Tangerang. Pukul 16.00
sudah menginjak tanah Jawa lagi. Lanjut ke Gambir naik Damri. Makan dsb setelah
dapat tiket kereta api Cirebon Ekspres. Di stasiun Kejaksan tiba pukul 22.00
WIB langsung naik ojek ke rumah.
Perjalanan yang
menyenangkan dan ingin mengulang lagi pada kesempatan lain, pada acara lain
yang lebih menginspirasi kegiatan berikutnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar