Catatan Dadang Kusnandar
Penulis lepas, tinggal di Cirebon
KONFERCAB
Nahdathul 'Ulama (NU) Kota Cirebon ke-12 dengan tema Melestarikan Islam
Nusantara yang Damai dan Toleran untuk Cirebon Ramah, berakhir Minggu 22 Mei
2016 sekira pukul 19.30 WIB. Terpilih
Dr. KH. Samsudin sebagai Rois Syuriyah dan Ustadz Yusuf, SE, MM sebagai Ketua
Tanfidziyah periode 2016-2021.
Acara yang
digelar sejak Minggu pagi di Mesjid Hijau Grage City itu dihadiri sejumlah Kiai
NU, Walikota Cirebon, Ketua DPRD Kota Cirebon dan berbagai stakeholder NU.
Diikuti peserta konferensi cabang dari 5 (lima) MWC NU yang terdiri dari MWC
Harjamuki, MWC Kesambi, MWC Pekalipan, MWC Lemahwungkuk dan MWC Kejakasan
~proses pemilihan di penghujung rangkaian acara merupakan moment yang ditunggu.
Muktamirin
lain adalah PCNU, Pengurus Ranting, Lembaga/ Lajnah serta Badan Otonom PCNU,
dan undangan khusus Ulama/ Kiai pesantren.
Sebagaimana
halnya konfercab, panitia menjadwalkan berbagai acara yakni beberapa sidang
pleno berupa: Pengesahan Tatib, LPJ PC NU 2011-2016, Pandangan Umum dan Jawaban
PCNU, Sidang Komisi Program, Sidang Komisi Organisasi, Sidang Komisi
Rekomendasi, Pengesahan Sidang Komisi, Demisioner PCNU, Pemilihan Rais Suriyah,
Ketua Tanfidziyah dan Formatur 2016-2021.
Sebagai
sebuah gerakan dakwah, NU yang mengedepankan pendekatan kultural sejak
didirikan pada tahun 1926 semakin memperjelas sosoknya dengan pemihakan atas
masalah-masalah yang muncul di masyarkat. Itu sebabnya NU Kota Cirebon menurut
Ustadz Yusuf yang baru saja terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah, akan memediasi
persoalan krusial yang berkembang di tengah masyarakat. Mediasi yang dilakukan
bisa berupa pendampingan maupun mencarikan solusi atas persoalan.
"Ke
depan saya yakin tantangan NU kian besar. Terlebih di era MEA kini, kita
dihadapkan pada kompetisi tajam terutama menyangkut kekuatan modal",
lanjut Ustadz Yusuf. Ia menambahkan, kita tidak perlu khawatir karena jumlah
warga NU yang besar merupakan aset dan modal yang cukup kuat.
Sementara
itu Ketua SC Konfercab NU ke-12, Prof. Dr. Jamali Sahrodi usai pemilihan Rois
dan Ketua PCNU Kota Cirebon menyampaikan harapan agar pengurus periode 5 tahun
ke depan mampu bekerja dengan baik disertai semangat nahdhiyin yang memperhatikan
pentingnya aspek kepekaan sosial. Dan kepekaan itu mesti ditunjang oleh
kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, serta kecerdasan spiritual.
Berpangkal dari tiga kecerdasan itulah, NU akan semakin memiliki empati
kebangsaan yang berawal dari pemahaman Islam Nusantara.
NU sebagai
gerakan dakwah berbasis pendekatan kuktural terbukti mampu bertahan di segala
jaman. Kekuatan spirit yang diperoleh dari pemahaman budaya lokal lantas
diadaptasi dengan kaidah ajaran Islam pada akhirnya kian membuka mata, bahwa
pribumisasi Islam memang perlu di Indonesia ini. Merujuk pada ajaran Wali
Sanga, saya kira NU merupakan perpanjangan upaya kreatif para wali manakala
mengislamkan tanah Jawa dan pulau-pulau lain di Nusantara.
Konfercab
secara legalitas diselenggarakan sebagai amanat dari AD/ART NU hasil Muktamar
Jombang tahun 2015 lalu, terlebih dengan adanya sistem AHWA (Ahlul Halil Wal
Aqdhi) dalam pemilihan Rois Syuriyah NU sebagai kepemimpinan tertinggi di NU
dan untuk menjaga kehormatan ulama di tingkat kepengurusan NU dan masyarakat.
Untuk
menjaga kehormatan ulama itulah maka NU senantiasa peka dan memiliki empati
atas fenomena yang berkembang secara dinamis di masyarakat.
Mengutip
AD/ART NU Bab IV Pasal 9 point b : Di bidang pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina
umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan
terampil serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. Sementara poin c berisi :
Di bidang sosial menguapayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang
kesehatatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat
yang terpinggirkan (mustadl'afin).
Dua poin di
atas menggambarkan keberpihakan NU atas permasalahan besar bangsa ini. Di
samping tentu saja masih banyak aspek penting lain, misalnya di bidang ekonomi
dan kerjasama luar negeri demi peningkatan kualitas SDM warga NU.
Terpilihnya
Dr. KH. Samsudin dan Ustadz Yusuf, SE, MM
pada periode 2016-2021 ini semoga menjadikan organisasi keagamaan
berbasis budaya ini semakin mampu mengikat masyarakat di bumi dengan sembilan
bintang yang mengitarinya, sesuai dengan logo NU.
MENGIKUTI jalannya
konfercab NU Kota Cirebon ke 12 sejak pukul 14.40 WIB hingga terpilihnya Rois
Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah kita diingatkan untuk selalu memahami bahwa roda
organisasi agama dapat berputar apabila para pemutarnya berada dalam jalur dan sikap
demokratis. Organisasi keagamaan berbasis kultural yang memang didirikan bagi
tersebarnya siar Islam yang merangkum kebudayaan lokal sejatinya berangkat dari
kekuatan umat dalam hal penghargaan atas keberbagaian. Keberbagaian yang
menghidupi Nusantara itulah titik masuk Islamisasi. Kepiawaian Wali Sanga pada
abad 15-16 Masehi ternyata telah diteruskan oleh organisasi massa yang bernama
Nahdhatul `Ulama(NU) yang didirikan di Asembagus Situbondo Jawa Timur pada
tahun 1926.
Imbasnya,
kini anak-anak muda NU tergerak melakukan perubhan sosial di masyarakat dengan
interes yang cukup tinggi dalam pemberdayaan masyarakat. Pemerdayaan tersebut
juga diikuti dengan peningkatan intelektual anak muda NU di bidang pendidikan
formal. Penguatan pendidikan formal merupakan sarana memahami persoalan yang
trerus berkembang secara dinamis di masyarakat. Bekal itulah yang membawa NU
semakin memiliki kepekaan sosial.***
.