Senin, 23 Mei 2016

NU dan Kepekaan Sosial




Catatan Dadang Kusnandar
Penulis lepas, tinggal di Cirebon

KONFERCAB Nahdathul 'Ulama (NU) Kota Cirebon ke-12 dengan tema Melestarikan Islam Nusantara yang Damai dan Toleran untuk Cirebon Ramah, berakhir Minggu 22 Mei 2016 sekira pukul 19.30 WIB.  Terpilih Dr. KH. Samsudin sebagai Rois Syuriyah dan Ustadz Yusuf, SE, MM sebagai Ketua Tanfidziyah periode 2016-2021. 

Acara yang digelar sejak Minggu pagi di Mesjid Hijau Grage City itu dihadiri sejumlah Kiai NU, Walikota Cirebon, Ketua DPRD Kota Cirebon dan berbagai stakeholder NU. Diikuti peserta konferensi cabang dari 5 (lima) MWC NU yang terdiri dari MWC Harjamuki, MWC Kesambi, MWC Pekalipan, MWC Lemahwungkuk dan MWC Kejakasan ~proses pemilihan di penghujung rangkaian acara merupakan moment yang ditunggu. 

Muktamirin lain adalah PCNU, Pengurus Ranting, Lembaga/ Lajnah serta Badan Otonom PCNU, dan undangan khusus Ulama/ Kiai pesantren.

Sebagaimana halnya konfercab, panitia menjadwalkan berbagai acara yakni beberapa sidang pleno berupa: Pengesahan Tatib, LPJ PC NU 2011-2016, Pandangan Umum dan Jawaban PCNU, Sidang Komisi Program, Sidang Komisi Organisasi, Sidang Komisi Rekomendasi, Pengesahan Sidang Komisi, Demisioner PCNU, Pemilihan Rais Suriyah, Ketua Tanfidziyah dan Formatur 2016-2021.

Sebagai sebuah gerakan dakwah, NU yang mengedepankan pendekatan kultural sejak didirikan pada tahun 1926 semakin memperjelas sosoknya dengan pemihakan atas masalah-masalah yang muncul di masyarkat. Itu sebabnya NU Kota Cirebon menurut Ustadz Yusuf yang baru saja terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah, akan memediasi persoalan krusial yang berkembang di tengah masyarakat. Mediasi yang dilakukan bisa berupa pendampingan maupun mencarikan solusi atas persoalan.

"Ke depan saya yakin tantangan NU kian besar. Terlebih di era MEA kini, kita dihadapkan pada kompetisi tajam terutama menyangkut kekuatan modal", lanjut Ustadz Yusuf. Ia menambahkan, kita tidak perlu khawatir karena jumlah warga NU yang besar merupakan aset dan modal yang cukup kuat.

Sementara itu Ketua SC Konfercab NU ke-12, Prof. Dr. Jamali Sahrodi usai pemilihan Rois dan Ketua PCNU Kota Cirebon menyampaikan harapan agar pengurus periode 5 tahun ke depan mampu bekerja dengan baik disertai semangat nahdhiyin yang memperhatikan pentingnya aspek kepekaan sosial. Dan kepekaan itu mesti ditunjang oleh kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, serta kecerdasan spiritual. Berpangkal dari tiga kecerdasan itulah, NU akan semakin memiliki empati kebangsaan yang berawal dari pemahaman Islam Nusantara.


NU sebagai gerakan dakwah berbasis pendekatan kuktural terbukti mampu bertahan di segala jaman. Kekuatan spirit yang diperoleh dari pemahaman budaya lokal lantas diadaptasi dengan kaidah ajaran Islam pada akhirnya kian membuka mata, bahwa pribumisasi Islam memang perlu di Indonesia ini. Merujuk pada ajaran Wali Sanga, saya kira NU merupakan perpanjangan upaya kreatif para wali manakala mengislamkan tanah Jawa dan pulau-pulau lain di Nusantara.

Konfercab secara legalitas diselenggarakan sebagai amanat dari AD/ART NU hasil Muktamar Jombang tahun 2015 lalu, terlebih dengan adanya sistem AHWA (Ahlul Halil Wal Aqdhi) dalam pemilihan Rois Syuriyah NU sebagai kepemimpinan tertinggi di NU dan untuk menjaga kehormatan ulama di tingkat kepengurusan NU dan masyarakat.

Untuk menjaga kehormatan ulama itulah maka NU senantiasa peka dan memiliki empati atas fenomena yang berkembang secara dinamis di masyarakat.

Mengutip AD/ART NU Bab IV Pasal 9 point b : Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. Sementara poin c berisi : Di bidang sosial menguapayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl'afin).

Dua poin di atas menggambarkan keberpihakan NU atas permasalahan besar bangsa ini. Di samping tentu saja masih banyak aspek penting lain, misalnya di bidang ekonomi dan kerjasama luar negeri demi peningkatan kualitas SDM warga NU.

Terpilihnya Dr. KH. Samsudin dan Ustadz Yusuf, SE, MM  pada periode 2016-2021 ini semoga menjadikan organisasi keagamaan berbasis budaya ini semakin mampu mengikat masyarakat di bumi dengan sembilan bintang yang mengitarinya, sesuai dengan logo NU.

MENGIKUTI jalannya konfercab NU Kota Cirebon ke 12 sejak pukul 14.40 WIB hingga terpilihnya Rois Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah kita diingatkan untuk selalu memahami bahwa roda organisasi agama dapat berputar apabila para pemutarnya berada dalam jalur dan sikap demokratis. Organisasi keagamaan berbasis kultural yang memang didirikan bagi tersebarnya siar Islam yang merangkum kebudayaan lokal sejatinya berangkat dari kekuatan umat dalam hal penghargaan atas keberbagaian. Keberbagaian yang menghidupi Nusantara itulah titik masuk Islamisasi. Kepiawaian Wali Sanga pada abad 15-16 Masehi ternyata telah diteruskan oleh organisasi massa yang bernama Nahdhatul `Ulama(NU) yang didirikan di Asembagus Situbondo Jawa Timur pada tahun 1926.

Imbasnya, kini anak-anak muda NU tergerak melakukan perubhan sosial di masyarakat dengan interes yang cukup tinggi dalam pemberdayaan masyarakat. Pemerdayaan tersebut juga diikuti dengan peningkatan intelektual anak muda NU di bidang pendidikan formal. Penguatan pendidikan formal merupakan sarana memahami persoalan yang trerus berkembang secara dinamis di masyarakat. Bekal itulah yang membawa NU semakin memiliki kepekaan sosial.***
.