Selasa, 16 November 2010

TARI BATIK CIREBON

Tari Batik Cirebon

Sriwijaya Post - Selasa, 16 November 2010 21:40 WIB

TARI Batik Cirebon yang akan disajikan di FKN Palembang oleh Dadang Kusnandar, penulis lepas yang tinggal di Cirebon, Jawa Barat di Sanggar Sekar Pandan, sebuah sanggar kecil di samping Pasar Jagasatru Cirebon, menyimpan potensi luar biasa dalam kreativitas kesenian.

Bagi publik kesenian Cirebon, nama Sekar Pandan (SP) sangat akrab. Selain karena tangan dingin Elang Heri Komarahadi (38), SP senantiasa pentas di berbagai panggung pertunjukkan kesenian. Tak hanya itu, semasa hidupnya instruktur tari Topeng Cirebon di SP adalah Sudjana Ardja (alm), maestro topeng slangit.

Inu Kertapati (35) putra Sudjana Ardja, juga melatih tari topeng di SP. Kreasi kesenian, terutama tari jadi ciri khas SP. Tari Topeng Beling dan Tari Batik misalnya. Itu diciptakan bang Heri (panggilan akrab Heri Komarahadi), awal tahun 2010 yang menggambarkan pengrajin Batik Cirebon yang sedang membatik.

Ide dasar penciptaannya berawal sejak batik Indonesia -- sudah pasti termasuk batik Cirebon-- ditetapkan Unesco sebagai kekayaan kultural Indonesia. "Ini bagian dari tanggung jawab moral saya untuk lebih mengenalkan batik cirebon," papar Bang Heri.

Penampilannya yang sederhana, ditambah keakrabannya dengan seluruh anggota komunitas SP, Bang Heri tak segan turun tangan langsung mengerjakan ide kreatifnya. Kedekatan personal dan emosional itulah bekal utamanya merampungkan sebagian obsesinya.

Kembali ke Tari Batik. Tari ini kali pertama disajikan kepada publik kesenian di Cirebon pada bulan Juli 2010. Tari Batik mengadopsi ragam gerak lenyep (halus) ala Tari Serimpi. Diiringi gamelan berlaras pelog yang pentatonik, tarian ini gemulai.

Pada publikasi tari ini akhir Juli lalu di Cirebon, saya tidak melihat gerak dinamis dan energik. Kala itu enam penari perempuan berkebaya dan berkebaya batik dan berselendang tipis menari gemulai. Seperti kata bang Heri, tari ini menggambarkan pekerja perempuan yang asik melukis kain, menorehkan cat dari canting, dan semua kegiatan membatik. Gamelan yang mengiring tari batik terdiri atas bonang kemnya, dua buah saron, penerus ketuk, gong, kecrek dan kenong kendang. "Jadi mana mungkin membatik digambarkan dengan gerak tari dinamis dan energik?" kata Bang Heri saat itu.

Tari Batik dengan filosofi batik tradisional/ batik tulis merupakan kepedulian instruktur dan pencipta tari ini kepada kekayaan lokal. Kecenderungan memilih batik tulis, tentu bukan tanpa alas an. Maraknya produksi batik cap, malah menggunakan mesin lebih canggih pada satu sisi merupakan ”ancaman” terhadap keberadaan batik tulis (sebut saja batik tradisi).

Berangkat dari asumsi ini, tari batik kreasi bang Heri menggambarkan kesungguhan sang seniman kepada seni tradisi. Ia tidak ingin batik hanya ada dalam bentuk kain melainkan juga dapat diadaptasikan ke dalam bentuk tari tradisi.

“Perpaduan batik tulis dengan tari batik, bagi saya ialah ide brilian seniman kami”, tanggap Sultan Kacirebon H Abdul Gani, awal November 2010.

Sembari menyaksikan persiapan Festival Keraton Nusantara di Palembang akhir bulan ini, Abdul Gani juga ikut berlatih kirab prajurit. Tentu saja dalam posisi sebagai sultan yang menyerahkan sebilah pedang kepada panglima kirab.

Sanggar Sekar Pandan berlokasi di area Keraton Kacirebon. Sanggar ini dapat ditempuh dari Jalan Pulasaren serta samping Pasar Jagasatru, di situ diterakan nama Gang Sekar Pandan.



(DAPATKAN ARTIKEL INI DI Sripoku.Com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar