Sabtu, 02 Maret 2013

Pelabuhan Cirebon Tak Sunyi Lagi



Oleh Dadang Kusnandar

PELABUHAN laut sejak ratusan tahun lampau menjadi pintu masuk utama produk fisik dan nonfisik. Sebaran ideologi dan agama, maupun ekonomi ditempuh melalui laut. Dan pelabuhan akhirnya menjadi sandaran serta persinggahan untuk seterusnya berlangsung transaksi. Di tempat sunyi pendaratan kapal di pelabuhan/ pantai relatif semuanya menjadi sentrum perubahan. Ini bisa kita taut kembali kepada kisah temuan dunia baru yang dilakukan pelaut ulung Portugis dan Spanyol yang sukses mendarat di Afrika, Asia, Australia dan Amerika. Nama-nama mereka pun diterakan di tanah pendaratan itu. Misalnya Americo Vespuci yang kabarnya "menemukan" benua Amerika. 

Sebelum Zeplin sukses menemukan teori balon gas lantas berlanjut dengan temuan mesin pesawat terbang, kapal dan pelabuhan merupakan pintu masuk utama peradaban dan sejarah penaklukkan. Tak disangkal memang temuan tanah baru itu melanggengkan penghisapan kepada penduduk setempat. Dan pelabuhan menjadi demikian riuh oleh aktivitas, baik ekonomi maupun perlwanan/ peperangan/ penyerbuan, atau diplomasi antarnegara/ kerajaan. Cirebon sebagai satu-satunya kota di Jawa Barat yang memiliki pelabuhan hingga tahun 2013 ini masih belum menampakkan aktivitas yang berdampak secara langsung ke aktivitas ekonomi.

Dibanding 15 – 20 tahun lalu, pelabuhan Muara Jati Cirebon mengalami penurunan aktivitas ekonomi. Berkali dalam obrolan dengan sopir angkot saya menjumpai betapa ia lebih nyaman manakala menjadi sopir truk bongkar muat barang di pelabuhan Cirebon. Begitu pula saat berbincang dengan kuli bongkar muat di Jalan Pekalipan. Beberapa di antara mereka pernah menjalani profesi tersebut dan memperoleh berkah dari aktivitas ekonomi di pelabuhan. Belum termasuk pedagang makanan minuman dan sebagainya yang berinteraksi dan bertransaksi di pelabuhan yang pernah disinggahi armada besar Laksmana Cheng Ho. 

Akan tetapi aktivitas ekonomi di pelabuhan Cirebon bila diukur 5 (lima) tahun ke belakang  mengalami kemajuan cukup bagus. Beberapa komoditi tetap menggunakan jasa pelabuhan Cirebon. Sebut saja batu bara, minyak sawit (CPO), minyak goreng curah, pupuk, dan aspal. Meskipun bongkar muat kayu kini sunyi dan beralih ke pelabuhan Semarang, namun apabila cuaca bagus maka aktivitas bongkar muat batu bara menepis “idiom” pelabuhan sunyi. Berdasar penuturan Agus Purwanto, Ketua DPC  Indonesian Nation Shipowner Asociation (INSA) Cirebon, “Kondisi pelabuhan Cirebon sekarang bagus. Regulasi dan administrasi di pelabuhan berjalan kondusif dan sesuai aturan”.  

Fenomena menurunnya aktivitas ekonomi di pelabuhan Cirebon boleh jadi lantaran makin bertambahnya pelabuhan kargo di Jakarta. Dibangunnya pelabuhan Muara Karang, Marunda, Muara Angke, Kalibaru pada satu sisi semakin memperlemah aktivitas pelabuhan Cirebon. Akan tetapi dalam pandangan Agus Purwanto, “Justru hal ini menjadi peluang bagi kepala daerah Jawa Barat yang akan datang untuk melakukan kerjasama dengan Gubernur DKI Jaya. Misalnya melalui nota kesepakatan untuk membuka semua jalur kargo propinsi Jawa Barat melalui pelabuhan Cirebon. Kalau kesepakatan ini berlangsung dapat mengurangi kemacetan lalu lintas Jakarta, selain untuk menumbuhkan aktivitas ekonomi di pelabuhan Cirebon".

Yang tak kalah penting ialah pengerukan darmaga (alur laut) di pelabuhan Cirebon. Bila dilakukan pengerukan maka kapal dengan bobot lebih besar dapat keluar masuk sehingga menumbuhkan kegiatan ekonomi. Keluar masuknya kapal kargo dari dan ke pelabuhan Cirebon merupakan mata rantai penting bagi terselenggaranya kembali  aktivitas yang membawa efek bangkitnya kembali perekonomian masyarakat di pelabuhan Cirebon. Dengan demikian peluang masuknya investasi ke pelabuhan Cirebon pun semakin terbuka. 

Secara geografis, Pelabuhan Cirebon terletak di kota Cirebon, di pantai Utara Jawa Barat, kurang lebih 250 km dari arah Timur Jakarta. Posisi Geografis terletak pada koordinat: 06° 42’ 55,6″ Lintang Selatan; 108° 34’ 13,89″ Bujur Timur, dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, baik dari arah Jakarta, Propinsi Jawa Tengah maupun dari kota Bandung. Kemudahan ini mendukung kelancaran distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon. Pelabuhan Cirebon didukung oleh kedalaman kolam -7 m LWS. Sedangkan kapal yang memiliki draft diatas 7 meter dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 5 – 10 km lepas pantai.

Menjadi pertanyaan jikalau potensi pantai Cirebon sepanjang 53 km hanya digunakan untuk memancing ikan dengan menggunakan kail, jala, dan anco saja. Atau wisata kecil di Tempat Pengelolaan Ikan (TPI) Kejawanan. Sementara potensi lain yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar serta dapat membantu mengurangi pengangguran, belum tergarap secara optimal. Puluhan gudang yang kian tidak terawat dan cenderung ditinggalkan, tidak terlihatnya tumpukan container dan proses bongkar muat dengan alat berat seperti Fork Lift, Vessel Lift, Lifting Gantry Crane (GLC) dan lain-lain. Dok dan galangan kapal yang sepi kegiatan reparasi kapal seusai  melaut atau hendak melaut, ketiadaan kapal angkut penumpang ~semoga segera berakhir di Pelabuhan Muara Jati Cirebon. Pelabuhan yang sejak tahun 1983 berada di bawah pengelolaan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II yang berkantor pusat di Jakarta.

Potensi pelabuhan Cirebon yang terabaikan ini merupakan pekerjaan bersama supaya ingatan kita tentang pelabuhan tidak semata berhenti pada menyaksikan sunrise (matahari terbit) bakda kuliah Shubuh di masjid An-Nur pada bulan Ramadhan puluhan tahun lalu.



Perbandingan

Seorang wisatawan menuliskan kesannya setalah mengunjungi Pelabuhan Hamburg Jerman. Katanya, “Daerah pelabuhan di banyak kota-kota sering adalah tempat kotor dan berbahaya, tapi di Hamburg berbeda. Port´s wisata catwalk dan lingkungan "Hafencity" adalah sangat menarik tempat untuk mengetahui dan harus dikunjungi. Namun, naik perahu tidak begitu menarik, jadi meski pun itu membuang-buang waktu, saya lebih suka berjalan-jalan tanpa tujuan untuk Hafencity dan menemukan sebuah kafe untuk duduk dan rileks antara saluran mereka.”

Waterfront Development adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). Waterfront Development juga dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air dan bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi  ke arah perairan. Menurut direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam Pedoman Kota Pesisir (2006) mengemukakan bahwa Kota Pesisir atau waterfront city merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan dengan air dan menghadap ke laut, sungai, danau dan sejenisnya. Kota San Antonio di Texas berhasil mengembangkan waterfront city modern yang dapat mempertahankan bangunan bersejarah dan dapat menonjolkan nuansa kesenian dan budaya setempat. Kawasan Waterfront city di pusat kota ini yang dapat meningkatkan kondisi perekonomian di Texas.

Beberapa kota di Indonesia yang sudah menerapkan konsep pembangunan waterfront city, yaitu: Jakarta, Manado, Makassar, Banjarmasin, Surabaya, dan Palembang. Kota-kota itu mengembangkan kawasan bisnis, kawasan hunian, kawasan wisata. Kawasan Ancol Mansion di Jakarta, area pesisir pantai Boulevard Manado, penataan Pantai Losari di Makassar, Pasar Terapung di Sungai Barito Banjarmasin, Lamong Bay Port (Teluk Lamong) di Surabaya, pengembangan wisata dan transportasi air di Sungai Musi Palembang ~merupakan contoh penerapan konsep pembangunan kota pelabuhan. 

Apabila digarap secara serius tentu saja Pelabuhan Muara Jati Cirebon bisa dikembangkan untuk menciptakan fungsi, skala perubahan suasana yang dinamis melalui penataan kawasan komersial, industri, residensial dan rekreasi. Jika Singapore Port Authority atau Tanjung Lepas di Malaysia sukses mengail keuntungan ekonomi dan sebagainya, mengapa pelabuhan Cirebon belum mampu bangkit kembali sebagaimana 20 tahun yang lalu? ***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar