Jumat, 24 Juni 2011

DEKATI BALITA DENGAN CINTA

Kisah Nyata Anak Lancar Baca Tulis Usia Empat Tahun

Oleh Dadang Kusnandar
penulis lepas, tinggal di Cirebon




SEMARAK Taman Pendidikan Al-qur`an (TPA) di Kota Cirebon sejak tahun 1990-an, mencipta kesepakatan kami mendaftarkan anak ke TPA Al Ikhlas RW 03 Langensari Kelurahan Pekiringan Kecamatan Kesambi. Saat ini Leila berusia 3 (tiga) tahun, kecil mungil namun lancar bicara dan hafal beberapa lagu anak. Gurunya menempatkan Leila di kategori Iqro 1, metode cepat baca tulis bahasa Arab tingkat dasar. Tak dinyana, anak kami cepat beradaptasi dengan lingkungan belajar di TPA yang berlokasi samping mesjid. Teman-teman di TPA membimbing agar anak kami agar cepat bisa baca tulis yang diajarkan gurunya. Di mesjid dan TPA itu ia menekuni dunia baru.

Tas kecil, sajadah, mukena, alat tulis dan buku IQRO 1 selalu dibawa dan ditekuninya. Di rumah ia mempraktekkan hasil belajarnya. Dengan bangga memperagakan kebisaannya membaca alfabet Arab yang dirangkai dengan harakat, meski baru dua-tiga huruf hijaiyyah, pun menunjukkan bukunya yang ditandai stempel warna ungu bergambar anak perempuan berkerudung --tanda bahwa ia lancar (L)—pada pelajaran harian. Saya menempelkan alfabet Arab dan Latin di dinding ruang tamu sejak ia berumur dua tahun. Cara ini terbukti membantu anak mengikuti pelajaran di TPA, bahkan tergolong cepat menyelesaikan program tingkat dasar (Iqro 1 – 6).

Begitulah metode dasar diselesaikan dalam waktu 6 bulan (belajar di TPA tiap hari selain Jum`at), lalu masuk ke Juz Amma dan Qur`an (30 juz) hingga tahun ke tiga. Menjelang Ashar, ia berangkat jalan kaki sejarak 200 meter bersama kakak kelasnya yang saat itu siswa kelas lima Sekolah Dasar. Sekalian kami titipkan anak kepadanya, Leila terkesan dan menjadi kesayangan guru TPA.

Begitulah usia tiga tahun lewat, anak kami mampu membaca Qur`an. Metode Iqro kami terapkan di rumah. Hruf Alif (bahasa Arab) kami setarakan dengan huruf A (bahasa Latin), huruf Ba dengan B, Ta dengan T, Tsa dengan S, Jim dengan J, Zai dengan Z, Ha dengan H, Kho dan Qof dengan K, Dal dan Dzal dengan D, dan seterusnya. Saya membuat dan menempelkan tabel pendekatan bahasa Arab dan Latin itu di dinding ruang tamu bersebelahan alfabet Arab dan Latin. Huruf vokal A dibantu oleh huruf Alif dan harakat Fathah, I dibantu oleh harakat Kasroh, dan U melalui harakat Dhomah. Lucu jadinya saat anak membaca bahasa Indonesia hanya mengandalkan vokal A, I, dan U. (Anda bisa bayangkan sendiri kata sekolah ditulis dalam alfabet Melayu/ Indonesia : sakalah, sikala, sukalah, sakilah, sakula, sukulah dan seterusnya kombinasikan dengan perpindahan harakat antar huruf).

Berapa kosa kata bahasa Indonesia yang diterima di memori anak usia tiga tahun? Usia yang sangat potensial ditanamkan pelajaran dan pendidikan apa pun, tergantung orang tua. Merujuk sebuah hadits Nabi Muhammad saw, “Orang tua yang kelak menjadikan anak Nasrani atau Yahudi”.

Ketika ia masih tiga tahun, kami merangkai seperti ini : jika dalam Iqro 1 ada tulisan alama (seharusnya ini ditulis dalam bahasa Arab), anak kami diberi tahu kata itu sama terdiri dari( sebangun dan sebangun alias kongruen) huruf A, L dan M. Begitu seterusnya metode cepat ini kami ajarkan di rumah. Alhamdulillah, istri saya tekun mengajar dan membimbing anak melalui formula yang seketika muncul di benak saya itu. Saya hanya mengajar saat ada di rumah pagi hari.

Malam hari bagi saya di tahun 2000 itu adalah saat mengajar lagu anak sambil menunjuk bintang kala melantunkan lagu Ambilkan Bintang. Agar tercipta suasana segar, saya mereka lagu itu seperti ini: Ambilkan bulan, bu/ ambilkan bintang, bu/ ambil sendiri. Spontan anak tertawa lantas berkata, “Bapak lucu. Bukan begitu lagunya!” Namun ia puas dan senang. Menjelang tidur, saya bercerita tentang heroisme versi saya ~alhamdulillah saya tergolong cerewet dibanding saudara enam kandung~ atau fabel maupun kisah para Rasul Allah yang menorehkan peradaban dan kemanusiaan. Kedekatan emosi dengan anak otomatis tercipta dan terus terbina hingga kini.
Proses belajar yang dianggap unik oleh keluarga saya saat itu, membuahkan hasil. Menjelang usia empat tahun (sekira 3,8 tahun) Leila lancar membaca Qur`an dan koran. Malah ketika Pak Pos mengembalikan artikel saya dari Kompas, anak menyambut kedatangan saya dan berkata,
“Pak, ada surat dari Kompas.”
“Apa Isinya, sayang?”
“Boleh dibaca?”
“Baca saja”
, jawab saya.

Hahahay…..penulis pasti tahu kalau itu surat penolakan koran Kompas atas artikel yang saya kirim, kendati alasannya klise: maaf redaksi kesulitan ruang untuk memuat tulisan anda.

Kembali kepada metode Iqro yang dikombinasi dengan huruf Latin. Bila di TPA bertemu kata baynakum (mestinya ditulis dalam huruf Arab) dari rangkaian BA, YA, NUN/ NA, KAF dan MA/ MIM , kami di rumah menyetarakannya dengan huruf B Y N K M. Demikianlah pada usia balita anak saya lancara membaca Qur`an dan koran.

Maksud tulisan ini disajikan bukan untuk riya (Allah swt mahatahu isi hati manusia) tetapi sebagai sharing kisah nyata yang berbuah keindahan kepada Anda. Kenapa saya katakan keindahan? Indah sekali manakala anak dengan asik melahap Majalah Ananda, Bobo, kadang Kompas yang saya beli eceran di kios koran dan majalah pinggir jalan. Juga saat anak usia empat tahun begitu riang menerima Koran Pikiran Rakyat Minggu yang ada rubrik PR Cilik-nya atau Republika Minggu dengan rubrik Korcil. Cerita pendek (cerpen) di koran dibacanya sambil mengeraskan suara. Saya juga berterima kasih karena menyimak cerita tanpa membaca.

Usai Leila membaca cerpen anak di koran , saya menyimpulkan pesan moral (hikmah) di baliknya. Tancep kayon kata orang Jawa. Ini penting supaya anak tak cuma mampu membaca. Sekali lagi, menanam sejak dini buahnya pun lebih dini dibanding menanam di usia selebihnya. Bila bibit pohon mangga hasil okulasi yang bisa dibeli di kantor pertanian saja lebih cepat berbuah, sungguh anak yang diajarkan pengetahuan di usia balita akan lekas pula membuahkan hasil.

Bukan sekadar kebanggaan selaku orang tua yang kami dapat. Akan tetapi membagi pengalaman ini kepada saudara, teman dan kerabat agar anaknya cepat bisa membaca dan menulis huruf Arab dan Latin di usia balita. Metode saya pun ditiru. Terbukti, keponakan di Tangerang dan Karawang lancer baca tulis latin di usia 5 tahun menggunakan metode kreasi saya yang terlintas ketika Leila beurumur tiga tahun. Metode ini saya pikir penting ketika sejumlah orang merasa berat atas biaya bulanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TK Internasional, Play Grup dan sebagainya. Bagi kalangan tak mampu dan tidak memiliki uang lebih untuk mencerdaskan anak usia balita, cobalah terapkan metode ini.

Dengan kata lain, kita orang tua harus mampu :
1. Membaca Al Qur`an,
2. Mereka dan mengkreasi atau mengkombinasi huruf Hijaiyyah dan Latin,
3. Menulis dalam bahasa Arab Melayu,
4. Waktu yang cukup untuk membimbing anak (tentu saja kasih sayang include di sini),
5. Merelakan dinding kamar atau ruang tamu atau ruang keluarga ditempeli poster Huruf Hijaiyyah, Huruf Latin, dan Poster kreasi kita,
6. Masukkan dan libatkan balita ke suasana belajar yang kondusif bagi perkembangan intelektualnya,
7. Mengungkap nilai di seberang cerita,
8. Perlakukan anak sebagai mawali (penerus) yang berstatus rabbi radliyya (memperoleh keutamaan Allah swt).

Delapan kiat di atas sudah pasti “memaksa” ibu jadi guru dan sahabat balita di rumah. Bagi ibu rumah tangga, jangan khawatir atas mahalnya biaya pendidikan pra Sekolah Dasar. Lakukan saja delapan langkah di atas, insya allah balita Anda mampu membaca dan menulis di usia balita.

Sekadar Ingatan

Tahun 1980-an saya tercatat jadi Pembina di lingkungan Pembinaan Anak-anak Salman (PAS) di Bandung. Sempat melihat dan nimbrung membina anak usia balita di sana. Asik, emosi dan kesabaran diuji. Ada yang berantem, nangis, kencing di celana, minta gendong, mengajak main lari atau petak umpet, dan seabrek permainan kecil anak-anak. Mungkin berbekal menjadi Pembina PAS itulah, ide kreatif muncul untuk mengajarkan kemampuan membaca dan menulis cepat bahasa Arab dan Indonesia (dengan huruf latin) kepada anak balita.

Tak gampang jadi Pembina PAS karena kami harus melewati vit and proper test oleh Pembina senior. Puji Tuhan, saya lolos test sebagai Pembina PAS dan saat test saya menjawab salah satu pertanyaan/ alasan menjadi Pembina seperti ini: Mbak Endang, kalau saya kelak punya keturunan pasti anak saya kecil dulu. Maka saya memilih PAS bukan Karisma (Keluarga Remaja Islam Salman). Tentu bukan jawaban ini saja yang meloloskan saya (hihi….ge-er nih) tapi mengulas buku agama yang terakhir dibaca selama 10 menit tanpa melihat buku tersebut. Yang pasti pengenalan dengan dunia anak, sudah diawali sejak berstatus bujangan.

Saya tidak pernah secara formal membina anak balita di PAS, malah pegang Grup Usman diawaki siswa kelas I SMP alias berumur 12-13 tahun. Jadi curhat mereka tentang pelajaran sekolah atau hubungan dengan ortu di rumah, kadang juga mendengar dengan takzim “anak didik” yang mulai jatuh cinta (monyet). Namun teman-teman Pembina yang lain ada yang kebagian di grup usia balita. Saya mengamati sekaligus sesekali ikut bermain dengan mereka seusai menghandle Grup Usman bin Affan.

Keuntungan yang saya dapat dengan konsep seeing is believing jadi semiotic konsep mengajarkan pengetahuan kepada balita. Ah, jangan bilang saya sombong, pembaca budiman. Ini hanya sharing, sebagaimana tertulis di atas. Kiat kecil ini semoga memacu serta memicu ibu bapak dari keluarga (maaf) tidak mampu secara finansial tetapi hendak memberi pengetahuan baru kepada anaknya.

Jangan Cemas
Jangan cemas dan jangan takut, umi abi, tuan dan nyonya, bapak dan ibu, nyak babeh, mamam papap, mamah papah ~ukuran kekayaan dan rizki bukan hanya uang dan benda. Jikalau hendak mengajar pengetahuan kepada balita (apalagi anak pertama) dapat lakukan dengan kiat berikut:
1. Cukupkan pengetahuan orang tua yang hendak ditularkan kepada balita/ anak
2. Pilih yang sesuai dengan kebutuhan (prioritas berdasar apa yang pertama kali harus dimiliki balita)
3. Jangan sungkan mencium kening balita sebelum tidur setelah bercerita
4. Ajari berdo`a/ menghafal do`a pendek kegiatan sehari-hari
5. Masukkan balita ke TPA terdekat, selain biaya murah juga memberi sumbangan berarti bagi masa depan balita/ anak

Kisah nyata yang saya tuturkan ini semoga mampu menggugah semangat menularkan pengetahuan dan pengasahan/ pengasuhan intelektual kepada balita/ anak. Buktinya, Leila di usia 5 tahun tiga bulan sudah berstatus siswa kelas I Sekolah Dasar. Bukti lain dari lain, semula kami memandang untuk jadi anak bawang saja di sekolah dasar, ternyata dari kelas I – VI selalu ada di peringkat/ ranking pertama. Menggembirakan bukan?

Kuncinya adalah pengetahuan dasar orang tua, kreativitas dan kombinasi pengetahuan dasar orang tua, kesediaan waktu. Terutama kasih sayang. Bekal kasih sayang (siapa yang tak sayang kepada anak pertama?) memproses kecerdasan serta kedekatan emosi orang tua balita/ anak dan sebaliknya. Pertautan berdasar kedekatan emosi ini agaknya yang menuntun balita mencintai dan menyayangi orang tua. Ada kausalitas dan feed back atau katakanlah transfer kasih sayang. Pada gilirannya menyegerakan kemampuan balita/ anak (maaf bukan geer) di atas usia teman-teman sebayanya.
Jangan cemas dan jangan khawatir, jangan pula judgement bahwa Tuhan tidak cinta kepada kita lantaran tidak menjadi orang berharta benda. Sukuri semua pemberian Allah swt karena rizki yang kita dapat sesuai porsi/ ukuran kemampuan kita. Begitu pula tuhan tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan manusia (Qur`an, Al Baqarah : 286).

Membekali balita/ anak dengan cinta dan pengetahuan, menularkan lantas membimbing terus hingga ia dewasa, mau tidak mau merupakan kewajiban tidak tertolak. Keberanian balita/ anak bersosialisasi serta berinteraksi dengan teman sebaya saat balita, mengantarkannya kepada keberanian memasuki organisasi di luar kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Kini anak kami kelas IX di Sekolah Menengah favorit di Kota Cirebon, aktivis pramuka tingkat Kota dan struktur FAC (Forum Anak Cirebon) lembaga anak usia 1 – 16 tahun. Aktivitas itu antara lain diawali kemampuan membaca dan menulis huruf Arab dan huruf Latin sejak usia empat tahun.

Tahun kelima usia anak kami, sering dicium keningnya melihat kemampuan Leila sudah masuk Surat An-Nisa.*****

Catatan : tulisan ini dibuat januari 2011